Saya baru saja pulang dari sepuluh hari di Bangkok, ibukota Thailand. Ketika di sana, saya mengejar bahwa saya tahu tidak banyak tentang politik Thailand, pasti saja tidak lumayan untuk memahami siapa Baju Merah tersebut atau kenapa mereka berdemonstrasi di Bangkok. Hadir di negara saat sesuatu yang tidak biasa terjadi ingin memusatkan perhatian seseorang pada negara tersebut tidak melulu selama trafik tetapi pun setelahnya. Untuk saya, saya kelihatannya mendapatkan minat eksklusif di sebuah tempat andai saya terdapat di sana sekitar acara penting. Karena dalil ini, pengetahuan saya mengenai politik Thailand mulai berubah selama trafik saya di sana. Sekarang di rumah, saya tetap tertarik mengekor berita mengenai protes anti-pemerintah Baju Merah di Bangkok.
Pada Januari 2010, saya mulai merencanakan perjalanan sebulan ke India. Pada ketika yang sama saya sukses meyakinkan seorang rekan baik yang bermukim di Sydney guna bertemu saya di Bangkok sesudah perjalanan saya di India. Kami sepakat guna bertemu di Bangkok minggu kedua bulan Maret. Rencana kami terdiri dari tinggal sekitar empat malam di Bangkok sebelum mengerjakan perjalanan ke resor pantai unsur selatan Pattaya guna empat malam berikutnya. Dua hari terakhir kami akan dikuras di Bangkok sebelum terbang pulang. Tidak mengherankan, rencana kami tidak selalu mengekor garis yang kami harapkan sebab kerusuhan politik di Bangkok.
Teman saya sudah memahami dari media Australia bahwa pemerintah Thailand menginginkan protes dan kemungkinan perselisihan dengan kumpulan yang dinamakan Kaos Merah selama waktu kami bertemu di Bangkok. Datang dari London, saya tidak ingat menyimak atau mendengar apa pun mengenai politik di Thailand yang bakal mengingatkan saya pada masalah di masa depan. Teman saya menulis untuk saya email yang mengkhawatirkan selama tiga minggu sebelum kami bertemu di Bangkok. Dia menyimak tentang kecemasan yang bertambah dari pemerintah Thailand dan negara-negara Asia lainnya tentang usulan demonstrasi anti-pemerintah. Saya, sekali lagi, menepis kekhawatirannya. Baru pada ketika kami sedang di Bangkok, aku menyadari bahwa segala sesuatunya lebih serius daripada yang kupikirkan dan dia benar dalam prihatin!
Saya mendarat di Bangkok dari Delhi pada hari Selasa pagi, 9 Maret 2010, dengan rekan saya tiba sejumlah jam lantas dari Sydney. Kami menginap di Hotel Davis di bagian unsur timur Bangkok sekitar empat malam. Saya tidak mendengar apa pun mengenai demonstrasi di bandara internasional, dari sopir taksi atau dari staf hotel saat saya tiba. Kami berdua mengawali tamasya kami di Bangkok pada hari Rabu dan Kamis, bepergian dengan perahu sungai dan skytrain ke sekian banyak tempat wisata. Baru Kamis malam kami mulai menemukan berita bahwa 'Baju Merah' bercita-cita ada sejuta demonstran guna protes akhir pekan mereka. Staf hotel kami merekomendasikan supaya kami menginap di dekat hotel pada hari Jumat sebab mereka tidak tahu apa yang diharapkan. Kami mengekor saran mereka dan memperhatikan dengan seksama berita tersebut untuk menyaksikan apakah kami akan kendala meninggalkan kota keesokan paginya ke pantai. Sudah terdapat laporan orang berkumpul di Bangkok guna demonstrasi akhir pekan. Pada ketika yang sama, laporan mengindikasikan bahwa jumlah yang datang guna memprotes jauh lebih kecil dari yang diharapkan.
Hari berikutnya kami berangkat ke Pantai Jomtien di unsur selatan Pantai Pattaya. Sekali lagi kami tidak menyaksikan adanya masalah. Tidak terdapat penghalang atau blok polisi di jalan saat kami meninggalkan kota atau ketika kami berkendara di jalan tol ke Pattaya. Selama akhir pekan, kami mulai mendengar lebih tidak sedikit tentang demonstrasi, ukuran orang tidak sedikit dan retorika semua pemimpin Kaus Merah. Dilaporkan bahwa alih-alih satu juta demonstran melulu sekitar 100.000 demonstran Kaus Merah telah hadir di Bangkok pada hari Minggu. Kami memahami bahwa angka yang rendah tersebut sebagian diakibatkan oleh blokade pemerintah dari seluruh jalan akses ke Bangkok dari wilayah pedesaan utara.
Mungkin Anda kini bertanya-tanya, "Apa kaos berwarna ini di Thailand? Siapa Kaos Merah itu? Apakah mereka bertolak belakang dari Kaos Kuning?" Biarkan saya jelaskan:
Secara umum, Baju Merah didukung oleh warga pedesaan dan kaum kurang mampu kota. Baju Merah pun dikenal sebagai 'Front Bersatu guna Demokrasi melawan Kediktatoran' (UDD). Mereka menyokong mantan perdana menteri Thailand dari 2001 sampai 2006, Thaksin Shinawatra, sebab mereka percaya dia peduli dengan apa yang terjadi pada mereka dan memperhatikan masalah mereka. Meskipun PM Thaksin mempunyai kekayaan miliaran dolar, ia dirasakan sebagai pahlawan untuk rakyat Thailand yang tertindas. Tidak mengherankan, Baju Merah menyokong dua perdana menteri berikutnya yang dipilih oleh pemerintah yang sama: Samak Sundaravej dan Somchai Wongsawat. Ada pun aktivis pro-demokrasi yang berpartisipasi dalam demonstrasi ketika ini yang tidak setuju dengan dasar hukum kudeta militer 2006 yang menggulingkan PM Thaksin.
Keyakinan dasar Kaos Merah ialah bahwa pemerintahan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva ketika ini tidak sah sebab berkuasa sesudah putusan pengadilan yang disengketakan mengajak bubar dua pemerintah pro-Thaksin yang terpilih, mengekor kudeta militer 2006. Mereka hendak parlemen ketika ini diajak bubar dan pemilihan baru diadakan.
Comments
Post a Comment